A. JUDUL PENELITIAN
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN
KONSTRUKTIVISME UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS IV SD 005 KECAMATAN TELUK BELENGKONG
B. BIDANG KAJIAN: PGSD/ Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
C. PENDAHULUAN
Pendidikan barasal dari bahasa yunani “paedogogie” yang terbentuk dari kata “pais” yang berarti anak dan “agan”yang berarti membimbing dalam arti
kata itu dapat di defenisikan secara leksikal bahwa pendidikan adalah bimbingan
atau pertolongan yang diberikan pada anak oleh orang dewasa secara sengaja agar
anak menjadi dewasa. Sehingga pendidikan adalah usaha manusia untuk membina
kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai didalam masyarakat dan kebudayaan.
(Purwanto, 2010:19)
Salah satu mata pelajaran yang dapat membinakepribadian
seseorang sesuia dengan nilai-nilai didalam masyarakat dan kebudayaan adalah
mata pelajaran Ilmu pengetahuan alam (IPA). IPA sangat erat hubungannya
dengan mencari dan menggali rahasia tentang alam semesta. Atau dengan kata lain
IPA adalah ilmu pengetahuan tentang fenomena alam, berupa kumpulan fakta,
konsep, prinsip hukum, dan teori, kemudian dapat di uji kebenarannya. Membelajarkan
siswa untuk memahami proses dan produk serta sadar akan nilai-nilai yang ada di
dalam masyarakat, serta terjadi pengembangan kearah sikap politik. Merujuk pada
pada pengertian ilmu IPA tersebut dapat
diketahui bahwa hakikat IPA itu meliputi
unsur utama yaitu sikap, rasa ingin tahu, proses, produk dan aplikasi. Sehingga
pembelajaran IPA dipandang sebagai sebagai suatu proses aktif dan sangat di
pengaruhi oleh apa yang ingin dipelajari
anak itu sendiri. Sehingga hasil belajar tidak hannya tergantung pada apa yang
d sajikan guru melainkan di pengaruhi oleh berbagai interaksi antara berbagai
imformasi bedasarkan pemahaman dari pengetahuan yang dimiliki sebelumnya. Sehinngga
guru hendaknny mampu memilih model pembelajaran yang sesuai dengan tingkat
perkembangan anak dan tidak lepas dari hakikat IPA itu sendiri.
Dari wawancara guru IPA bapak Dede Kardiman A, Md
yang peneliti lakukan pada guru SD 005 SD Kec. Teluk Belengkong ternyata hasil
belajar IPA siswa kelas IV SD 005 Kec. Teluk Belengkong rendah. Dimana hasil
belajar siswa berada di bawah KKM yang ditentukan sekolah yaitu (6,5). Hal ini
dapat dilihat dari nilai ulangan siswa
semester II TA 2010/2011, yang memperoleh lebih dari separuh siswa memperoleh
nilai 5,5. Dari analisis masalah yang ada peneliti menemukan berbagai penyebab
masalah antara lain: guru kurang menggunakan
melakukan appersepsi, guru kurang memotivasi siswa, guru kurang menarik
dalam menyampaikan materi sehingga pembelajaran terasa membosankan, dan dalam
pembelajaran guru tidak melakukan percobaan materi yang diajarkan.
Dilihat
dari berbagai masalah tersebut maka
peneliti mencoba menerapkan model pembelajaran konsruktivisme. Karena pada
dasarnya model pembelajaran ini sifatnya lebih memfokuskan pada kesuksesan
siswa dalam mengorganisasikan pengalaman merek. Dengan kata lain siswa lebih
berpengalaman untuk mengkontruksikan sendiri melalui asimilasi dan akomodasi
diharapkan melalui penerapan model ini hasil belajar siswa akan meningkat .
Berdasarkan
masalah di atas
maka peneliti ingin meneliti lebih lanjut dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Konstruktivisme
Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA
kelas IV SD 005 Kec. Teluk Belengkong”.
D.
RUMUSAN MASALAH
Jika
dilihat dari permasahan di atas maka rumusan masalah yang diteliti yaitu “Apakah
penerapan model pembelajaran konstruktivisme dapat meningkatkan hasil belajar
IPA siswa kelas IV SD 005 Kec . Teluk Belengkong?”
E.
TUJUAN PENELITIAN
Tujuan
penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas IV SD
005 Kec. Teluk Belengkong setelah diterapkannya model pembelajaran
konsruktivisme.
F.
MANFAAT PENELITIAN
Manfaat
penelitian ini adalah:
1. Manfaat
bagi siswa
a. Siswa
dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas IV 005 Kec. Teluk Belengkong melalui
penerapan model pembelajarn konsruktivisme
b. Siswa
dapat meningkatkan pemahamannya mengenai pembelajaran IPA
2. Manfaat
bagi guru
a. Guru
dapat menjadikan penelitian ini sebagai pedoman dalam mengambil tindakan untuk
meningkatkan hasil belajar IPA siswa
b. Dengan
menerapkan model pembalajaran konsruktivisme diharapkan guru dapat
mengembangkan potensinn
3. Manfaat bagi sekolah
a. Penelitain
ini dapat meningkatkan prestasi sekolah khususnya dalam bidang akademis
b. Penelitian
ini dapat digunakan sebagai penunjuk sekolah dalam mengambil keputusan yang
berhubungan dengan hasil belajar siswa .
4. Manfaat bagi peneliti
a. Penelitian
ini dapat dijadikan sebagai salah satu usaha untuk memperdalam dan memperluas
pengetahuan penulis.
b. Penelitian
ini dapat dijadikan sebagai dasr untuk menindaklanjuti cakupan yang lebih luas.
G. KAJIAN TEORITIS
1.
Hakikat
Pembelajaran IPA
Kata “sains “biasa diterjemahkan dengan ilmu
pengetahuan yang berasal dari kata natural “science”
artinya alamiah dan berhubungan dengan alam sedangkan “science” artinnya ilmu pengetahuan tentang alam. Jadi sains sebagai
harfiah dapat disebut sebagai ilmu pengetahuan tentang alam yang mempelajari peristiwa-peristiwa
yang terjadi di alam. Sains secara garis besarnya memiliki tiga komponem yaitu:
a. Proses
ilmiah misalnya, mengamati, mengklasifikasikan, memprediksi, merancang, dan
melaksanakan eksperimen
b. Produk
Ilmiah misalnya meliputi prinsip, konsep, hukum dan teori
c. Sikap
Ilmiah meliputi rasa ingin tahu, hati-hati, objektif , jujur
Pada dasarnya model pembelajaran IPA yang cocok anak
dasar ialah model pembelajaran yang menekankan pada pendekatan yang mencakup
kesesuaian antara situasi dan belajar anak dengan situasi kehidupan nyata di
masyarakat Selanjutnya menemukan ciri-ciri esensial dari situasi kehidupan yang
berbeda–beda akan meningkatkan kemampuan menalar, berprakarsa, dan berpikir
kreatif pada anak didik.
Selanjutnya model belajar yang cocok untuk anak
Indonesia adalah belajar melalui pengalaman langsung (learning by doing). Model belajar ini dapat memperkuat daya ingat
anak dan biayanya sangat murah. Sebab menggunakan alat-alat dan media belajar
yang ada di lingkungan anak itu sendiri (Sumatowa 2006:11)
IPA sebagai ilmu disiplin ilmu dan penerapannya
dalam masyarakat membuat pendidikan IPA menjadi penting. Karna dalam
pembelajaran IPA siswa diberikan kesempatan untuk berlatih keterampilan-keterampilan
proses yang perlu di
modifikasi sesuai dengan tahap perkembangan kognitifnya.
Keterampilan proses untuk anak-anak didefenisikan
oleh Paolo dan Marten dalam (Sumatowa, 2006:12)) adalah mengamati, mencoba
memahami yang di amati mempergunakan untuk melihat apakah ramalan tersebur
benar. Oleh karena itu seorang guru khususnya guru IPA hendaknya mampu
menerapkan pembelajaran yang sesuai dengan hakikat IPA.
Untuk mengatasi berbagai problema dalam pelaksanaan
pembelajaran tentu diperlukan model-model pembelajaran yang di pandang mampu
mengatasi kesulitan guru dalam melaksnakan tugas dan juga kesulitan belajar
anak didik. Model dapat di pahami maknannya sebagai berikut:
a. Suatu
tipe atau desain.
b. Suatu
deskripsi atau analogi yang dengan langsung di amati.
c. suatu
sistem atau asumsi-asumsi, data-data dan obyek atau peristiwa
d. Suatu
desain yang disederhanakan dari suatu sistem kerja, suatu terjemahan realitas
yang sederhana
e. Suatu
deskripsi dari suatu sistem yang mungkin atau imajiner
Model dirancang untuk mewakili realitas yang
sesungguhnya. Walaupun model itu sendiri bukanlah dari dunia yang sebenarnnya. Dengan
demikian model pembelajaran dapat di pahami sebagai keranggka konseptual yang
mendeskripsikan dan melukiskan prosedur yang sistematik dalam mengorganisasikan
pengalaman belajar dan pembelajaran untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan
berfungsi sebagai pedoman bagi perencanaan pembelajaran bagi para guru. Empat katagori
yang diperlukan dalam model pembelajaran yakni model imformasi, model personal,
modelinteraksi, model tingkah laku. Salah satu model yang sangat berpengaruh
dalam IPA adalah model pembelajaran konstruktivisme. Banyak cara belajar yang
didasarkan pada teori kontruktivism , seperti cara belajar yang menekankan peranan
murid dalam membentuk pengetahuannya, sedangkan guru lebih berperan pada
fasilitator yang membentuk keaktifan murid dalam pembentukan pengetahuannya.
2.
Pengertian Model Pembelajaran Konstruktivisme
Konstruktivisme adalah salah satu filsafat
pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita adalah kontruksi (bentukan) kita
sendiri. Para konstruktivis menjelaskan bahwa satu-satunya alat yang tersedia
bagi seseorang untuk mengetahui sesuatu adalah indrannya. Seseorang berinteraksi dengan objek
lingkungannya melihat, mendengar, menjamah, mencium, dan melaksanakannya. Dengan
sentuhan indrawi itu seseorang membangun gambaran duniawinya.
Model pembelajaran konstruktivisme adalah suatu
model pembelajaran yang dirancang yang mengharuskan terjadinnya proses belajar
peserta didik yang proaktif. Menurut penganut konstruktivisme pengetahuan di bina secara
aktif oleh seseorang yang berpikir . Seseorang tidak akan menyerap pengetahuan
dengan fasif. Untuk membangun suatu pengetahuan baru, peserta didik akan
menyesuaikan imformasi baru atau pengetahuan yang disampaikan guru dengan
pengetahuan atau pengalaman yang telah dimilikinnya melalui interaksi sosial
dengan peserta didik lain atau dengan gurunya.
Menurut
Schuman dalam Yulaewati (2004:54) konstuktivisme dikemukakan dengan pemikiran
bahwa semua orang membangun pandangannya terhadap dunia melalui pengalaman
individual, atau skema. Konstruktivisme menekannkan pada penyiapan peserta
didik untuk menghadapi dan menyelesaikan masalah dalam situasi yang tidak
tentu.
Mamfaat
model pembelajaran kontruktivis antara lain:
a. Membina
peserta didik menjadi lebih mandiri
b. Mengembangkan
daya kreatifitas peserta didik karena ia harus memperlihatkan hasil belajar atau
karyannya
c. Berlatih
bekerja sama dengan tim anggota peserta didik lainnya (prawiradiaga 2007:5)
Menurut Tyler dalam Sumatowa
(2006:54) menyatakan beberapa kebaikan pembelajaran berdasarkan konstruktivisme
yaitu:
1) Memberikan
kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan gagasan secara eksplisit dengan
menggunakan bahasa siswa sendiri. Berbagi gagasan dengan temannya. Dan
mendorong siswa memberikan penjelasan tentang gagasannya.
1)
Memberikan pengalaman
yang berhubungan dengan gagasan yang telah dimiliki siswa atau rancangan
kegiatan disesuaikan dengan gagasan awal siswa agar siwa memperluas
pengetahuan-pengetahuan mereka tentang fenomena dan memiliki (diberi) kesempatan untuk merangkai fenomena. Sehingga siswa didorong untuk membedakan
untuk memebedakan dan memadukan gagasan tentang fenomena yang menantang siswa.
2)
Memberi kesempatan
siswa untuk berpikir tentang pengalamannya agar siswa berpikir kreatif,
imajinatif, mendorong merefleksi tentang teori dan model, mengenalkan gagasan
IPA pada saat yang tepat.
3) Memberikan
kesempatan kepada siswa untuk mencoba gagasan baru agar siswa terdorong untuk
memperoleh kepercayaan diri untuk menggunakan berbagai konteks baik yang telah
dikenal maupun yang baru dan akhirnnya memotivasi siswa untuk menggunakan
berbagai strategi belajar.
4)
Mendorong siswa untuk
memikirkan perubahan-perubahan gagasan mereka setelah menyadari kemampuan
mereka serta memberi kesempatan untuk mengidentifikasi perubahan gagasan
mereka.
5) Menberikan
lingkungan belajar yang kondusif yang mendukung siswa mengungkapakan gagasan,
saling menyimak, dan menghindari kesan selalu ada satu “jawaban yang benar”.
Adapun langkah-langkah model pembelajaran
konstruktivisme antara lain:
|
NO
|
Fase
|
Kegiatan/tingkah laku
|
|
I
|
Fase Eksplorasi
Dalam fase ini seorang guru memancing pengetahuan
awal siswa mengenai materi yang akan dipelajari pada saat itu
|
1)
Guru memancing pengetahuan awal siswa
melalui cerita yang diberikan
2)
Guru melakukan Tanya jawab dengan
siswa mengenai perubahan kenampakan pada muka bumi
3)
Guru mengenalkan berbagai mecam benda
yang ada di atas mejannya
|
|
II
|
Fase Klarifikasi
Pada fase ini imformasi berupa
pengetahuan awal siswa diperdalm agar bias menambah pengetahuan siswa
mengenai materi yang dipelajari
|
1)
Guru membagi siswa menjadi beberapa
kelompok
2)
Guru membimbing masing-masing kelompok
dalam melakukan kegiatan praktis mengenai parubahan
kanampakan pada bumi
3)
Masing-masing kelompok membecakan
hasil diskusinnya
4)
Guru dan siswa menyimpilkan hasil
diskusinya yang telah dipelajari
5)
Guru memberikan penghargaan kelompok
|
|
III
|
Fase
Aplikasi
Pada
fase ini guru mengevaluasi kegiatan pembelajaran yang telah dipelajari agar
bias mengetahuai apakah perencanaan sesuai dengan pelaksanaan.
|
1)
Guru mengevaluasi kegiatan
pembelajaran
2)
Melaksanakan kegiatan tindak lanjut
|
3. Hubungan
konstruktivisme dengan beberapa teori belajar
Seperti sudah
dijalaskan diatas bahwa prinsip-prinsip konstruktivisme antara lain:
a. Pengetahuan
di bangun sendiri oleh siswa baik secara personal maupun sosial
b. Pengetahuan
tidak dapat dipindahkan oleh guru ke murid kecuali hannya dengan keaktifan
murid sendiri untuk menalar
c. Murid
akan mengkontruksi terus menerus, sehingga terjadi perubahan konsep
d. Guru
sekedar membantu menyediakan sarana dan situasi agar proses kontruksi siswa
berjalan lancar. inti teori ini berkaitan dengan beberapa teori belajar yaitu:
Konstruktivisme juga sangat erat hubungannya dengan
beberapa teori belajar diantarannya :
a.
Teori Perubahan Konsep
Menurut posner
Dkk (1982) dalam proses belajar ada proses perubahan konsep yang mirip dengan
yang ada pada filsafat sains tersebut. Tahap pertama perubahan konsep itu itu
di sebut asimilasi dan tahap kedua di sebut akomodasi dengan asimilasi siswa
menggunakan konsep-konsep yang telah mereka punyai untuk berhadapan dengan
fenomena yang baru. Dengan akomodasi siswa merubah konsepnya yang tidak cocok
lagi dengan fenomena baru lagi yang mereka hadapi. Akomodasi di sebut juga perubahan
konsep secara radikal. Dimana syaratnya antara lain:
1) Harus
ada ketidakpuasaan terhadap konsep yang telah ada.
2) Konsep
baru harus dapat dimengerti, rasional dan dapat memecahkan persoalan atau
fenomena yang baru.
3) Konsep
yang baru harusmasuk akal, dapat memecahkan dan menjawab persoalan yang
terdahulu, dan juga konsisten dengan teori-teori sebelumnya.
4) Konsep
baru harus berdaya guna bagi perkembangan penelitian dan penemuan baru.
b. Teori
Belajar Bermakna AUSUBEL
Menurut Ausubel
dan Hanesian (1978) ada dua jenis belajar yaitu:belajar bermakna (meaningful learning),
belajar menghapal (prote learning)
Teori belajar
Ausebel ini sangat dekat dengan inti pokok konsruktivisme. Kedua-duanya
menekankan pentingnya pelajar mengasosiasikan pengalaman, fenomena, dan fakta
–fakta baru kedalam sistem pengertian yang telah di punyai. Kedua-duanya
menekankan pentingnnya asimilasi pengalaman baru kedalam konsep yang sudah
dipunyai siswa. Keduannya mengandaikan bahwa dalam proses belajar itu siwa
aktif.
4.
Pengertian Belajar
Menurut Dimyati
(2006:30) belajar merupakan peristiwa sehari-hari di sekolah. Kompleksifitas
belajar tersebut dapat dipandang dari dua subjek, yaitu dari siswa dan dari
guru. Dari segi siswa belajar di alami sebagai suatu proses siswa mengalami
proses mental dalam menghadapi bahan ajar. Siswa belajar di dorong oleh
kegintahuan dan kebutuhannya dikemudian hari. Sehingga belajar sangat
penting bagi siswa. Siswa belajar berarti menggunakan kemampuan kognitif, apektif,
dan pisikomotor terhadap lingkungannya. Sedangkan menurut winkel dalam Purwanto
(2010:39) belajar adalah aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam integral
dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan
dalam pengetahuan, keterampilan dan sikap. Ada beberapa ahli mempelajari ranah-ranah tersebut dengan hasil pengolongan
kemampuan pada ketiga ranah tersebut
yaitu:
a. Ranah
kognitif (Bloom dkk) terdiri dari sejenis prilaku yaitu pengetahuan, pemahaman,penerapan,
analisis, sintesis, dan evaluasi
b. Ranah
afektif (krathwohl dan Bloom Dkk) terdiri dari prilaku yaitu penerimaan, partisipasi, penilaian, dan
penentuan sikap, organisasi dan pembentukan pola hidup
c. Ranah
psikomotor (Simpson) terdiri dari tujuh prilaku yaitu penerimaaan, partisipasi,
kesiapan, gerakan pembimbing, gerakan yang Prinsip-prinsip belajar antara lain: pehatian dan motivasi, keaktifan, keterlibatan
langsung(pengalaman), pengulangan, pantangan,balikan dan penguatan, perbedaan individu
(Dimyati 2006:31)
Faktor-faktor
belajar antara lain terdiri atas dari faktor ektern (intrinsik) dan faktor intern(ekstrinsik). Dimana faktor
instrinsik adalah dorongan untuk belajar yang berasal dari dalam diri siswa itu
sendiri. Faktor-faktor intern (intrinsik) antara lain: sikap terhadap belajar, motivasi belajar, konsentrasi belajar, mengolah bahan belajar, menyimpulkan pemerolehan
hasil belajar, menggali
hasil belajar yang tersimpan, kemampuan
berprestasi Rasa percaya diri siswa,
intelegensi,
kebiasaan belajar.
Sedangkan faktor
ekstern adalah proses belajar didorong oleh motivasekstrinsik siswa. Dimana faktor-faktornya
antara lain yaitu: guru sebagai Pembina
siswa belajar, prasarana
dan sasaran pembelajaran, kebijakan
penilain, lingkungan sosial siswa
di sekolah, kurikulum
sekolah.(Dimyati 2006:239)
Sedangkan
menurut Purwanto (2006:107) faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil
belajar antara lain:
1) Faktor
dari intern (luar) meliputi: alam, sosial, kurikulum bahan pelajaran, guru
pengajar, sarana dan fasilitas, administrasi managemen
2) Faktor dari intern (dalam)
meliputi: kondisi fisik, kondisi panca indra, kecerdasan, motivasi, kemampuan
kognitif.
5.
Hasil Belajar IPA
Proses belajar
dikelas mempunyai tujuan yang bersifat instruksional artinya diketahui secara
jelas dan operasional oleh guru dan siswa. Tujuan tercapai apabila siswa
memperoleh hasil belajar seperti yang diterapkan dalam proses belajar belajar
mengajar tetrsebut.
Oleh kerena itu hasil belajar harus dirumuskan dengan baik untuk dapat dievaluasi pada akhir
pembelajaran. Belajar adalah aktivitas mental yang berlangsung dalam interaksi anak dengan lingkungannya yang
menghasilkan perubahan dalam pengetahuan pemahaman, keterampilan dan sikap
ilmiah.
Hasil belajar adalah
tingkat penguasaan yang dicapai siswa dalam mengikuti program belajar mengajar
sesuai dengan tujuan pendidikan yang ditetapkan yang meliputi aspek kognitif, apektif,
dan psikomotor. Begitupun dengan hasil
belajar IPA tentu saja harus dikaitkan dengan tujuan pendidikan IPA yang telah
dicantumkan dalam geris-garis besar program pengajaran IPA sekolah dengan tidak melupakan hakikat IPA itu sendiri. Oleh sebab itu tujuan menggambarkan hasil
belajar yang harus dimiliki siswa. Dan hasil belajar IPA dikelompokkan
berdasarkan hakikat IPA itu sendiri
yaitu sebagai produk, proses, dan sikap ilmiah
Jika ditelaah
tujuan pendidikan IPA di SD, dapat disimpulkan bahwa pendidikan IPA di SD
berorientasi pada teori hasil belajar diatas, yakni pada pencapaian IPA dari
segi produk, proses, dan sikap ilmiah. Dari segi produk siswa diharapkan siswa
dapat memahami konsep-konsep IPA dan
keterkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Dari segi proses siswa diharapkan
memiliki kemampuan untuk mengembangkan pengetahuan ,gagasan ,dan menerapkan
konsep-konsep yang diperolehnya untuk menjelaskan dan memecahkan masalah yang
ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Dari segi sikap ilmiah siswa diharapkan
mempunyai minat untuk mempelajari benda-benda di sekitar lingkungannya, bersikap
ingin tahu, tekun dan kritis, mawas diri, bertaggung jawab, dapat bekerja sama
dan mandiri
Dari penjelasan
di atas dapat di simpulkan bahwa hasil belajar IPA di SD hendaknya mencakup
hal-hal sebagai berikut: penguasaan
produk ilmiah, penguasaan
proses ilmiah, penguasaan
sikap ilmiah
Hasil belajar
sains SD adalah segenap perubahan tingkah laku yamg terjadi pada siswa dalam
bidang sains sebagai hasil mengikuti proses pembelajaran. (Bundu, 2000:19)
6.
Hubungan
Penerapan Model Pembelajaran Konstruktivisme Dengan Hasil Belajar
Penggunaan model
pembelajaran yang sesuai adalah salah satu usaha yang dilakukan guru untuk meningkatkan
hasil belajar siswa, Pada dasarnnya model mengajar ini harus sesuai dengan
ukuran kebutuhan dan tujuan pembelajaran yang tercantum dalam kurikulum. Hasil
belajar merupakan ukuran kesuksesan pengajaran.mengajar bias dikatakan baik
apabila proses belajar mengajar tersebut dapat menciptakan kegiatan belajar
yang efektif, dan proses proses belajar tersebut berhasil jika tujuan belajar
yang telah di tetapakan telah tercapai. Seorang guru perlu merancang program
pembelajaran, model dan strategi yang sesuai dengan materi pembelajaran terseb.
Sehingga pada akhirnnya siswa bias mencapai
KKM yang telah di sepakati oleh sekolah. Untuk itu seorang guru yang
propesional harus lebih aktif dan kreatif dalam menentukan model pembelajaran
yang dilaksanakannya .
Model
pembelajaran konstruktivisme adalah suatu cara kegiatan belajar yang berawal
dari yang menurut siswa hal yang yang biasa, padahal sesungguhnya tidak
demikian. Kegiatan belajar kontruktivis ini sangat melibatkan siswa secara
maksima. Dengan demikian belajar konsruktivis dapat meningkatkan hasil belajar
siswa, dan pengetahuannya maupun konsep baru berdasarkan proses pembelajaran
yang mereka lewati.
Dengan
meningkatnya hasil belajar akan membantu siswa dalam berkreativitas, belajar
mandiri, terlatih sehingga dapat memperbaiki hasil belajar dan meningkatkan
mutu sumber daya manusia kedepannya.
H.
HIPOTESA TINDAKAN
Berdasarkan
uraian di atas maka peneliti dapat merumyskan hipotesis tindakan dalam
penelitian ini adalah “jika diterapkan model pembelajaran
konsruktivisme maka akan meningkatkan hasil belajar IPA kelas IV SD 005 Kec. Teluk
Belengkong”.
I.
METODOLOGI PENELITIAN
a. Desain Penelitian
1) Desain
Penelitian
Desain
penelitian ini adalah peninelitian tindakan kelas yaitu penelitian untuk
memperbaiki hasil belajarbIPA siswa.Dalam penelitian ini peneliti akan berkolaborasi
dengan guru bidang studi IPA kelas V SD 005 Kec. Teluk Belengkong, perangkat
pembelajaran dirancang oleh peneliti, pelaksanaan tindakan dilakukan oleh guru
bidang studi IPA kelas V, dan peneliti berperan sebagai pengamat selama proses
pembelajaran.
Penelitian ini direncanakan dengan dua
siklus yaitu siklus pertama dan siklus kedua. Setiap siklus terdiri dari dua
kali pertemuan dengan satu kali ulangan siklus. Pada siklus pertama dilakukan
tindakan yang sesuai dengan model pembelajaran konstruktivisme, selanjutnya
pada siklus kedua tindakan yang dilakukan adalah berdasarkan refleksi dari
siklus pertama.
Penelitian
ini dilaksanakan dengan dua siklus. Tiap siklus terdiri dari:
a. Tahap
Perencanaan.
1.
Mempersiapkan perangkat
pembelajaran yang berupa rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), dan lembar
kerja siswa (LKS).
2.
Merencanakan tes hasil belajar
3.
Menyiapkan lembar pengamatan aktivitas siswa dan guru selama proses belajar
berlangsung.
b. Tahap
Pelaksanaan.
Tahap ini merupakan
tahap pengumpulan data. Pada tahap ini dilakukan implementasi terhadap model pembelajaran, beberapa
kegiatan yang dilakukan pada tahap ini antara lain:
1. Melakukan
pembelajaran sesuai dengan model pembelajaran konstruktivisme
2. Memberikan
tes post tes kepada siswa
3. Mengamati
aktivitas guru pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung.
4. Mengamati
aktivitas siswa pada saat proses kegiatan pembelajran berlangsung.
5. Memberikan
ulangan harian siswa.
c. Tahap
Pengamatan
Tahap pengamatan ini
dilakukan bersamaan dengan tindakan yang akan dilakukan dengan menggunakan
lembar pengamatan. Dalam penelitian ini pengamatan aktivirtas
siswa menggunakan observer sebagai pengamatnya, dalam mengamati siswa ketika
proses belajar berlangsung observer mengisi lembar observasi sesuai dengan
aspek yang ditentukan, dimana setiap aktivitas siswa dilakukan dalam ketentuan
penilaian.
Pengamatan aktivitas
guru juga dilakukan ketika proses pembelajran berlangsung, observer mengamati
aktivitas guru mulai awal pembalajaran
sapai akhir pembelajaran, observer mengamati aktivitas guru sesuai dengan aspek
dan kriteria yang telah ditentukan.
d. Tahap
Refleksi.
Dalam penelitian ini
peneliti merencanakan refleksi pada akhir siklus satu. Data yang diperoleh
selanjutnya di analasis dan hasilnya dijadikan pedoman untuk siklus berikutnya.
|
|
|
|
![]() |
|||||||
![]() |
|||||||
|
|||||||
|
|||||||
|
|
|
![]() |
|||
Gambar I bagan
siklus penelitian tindakan kelas (Arikunto,2008:16)
b. Rencana Penelitian
1. Tempat
penelitian ini SD 005 Kec. Teluk Belengkong
2. Subjek
penelitian ini adalah siswa–siswi kelas IV SD 005 Kec. Teluk Belengkong. Jumlah
siswa 30 orang terdiri dari 13 orang laki-laki dan 17 orang perempuan
c.
Instrumen Penelitian
1. Dalam penelitian
ini peneliti menggunakan lembar pengamatan disesuaikan dengan langkah-langkah
model pembelajaran konstruktivisme yang dilaksanakan untuk mendapatkan data
tentang aktivitas siswa dan guru selama proses pembelajaran
2. Selain data
tentang aktivitas siswa dan guru, dikumpulkan juga data tentang hasil belajar
IPA siswa dengan menggunakan tes hasil belajar siswa setelah mengikuti proses
pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran konstruktivisme
Perangkat pembelajaran
yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1.Silabus
Silabus adalah
rancangan pembelajran barisi yang rencana bahan ajar mata pelajaran tertentu
pada jenjang pendidikan dan kelas tertentu, sabagai hasil dari seleksi,
pengelompokkan, pengurutan, dan penyajiaan materi kurikulum, yang
dipertimbangkanbardasarkan cirri dan kebutuhan daerah setempat.
2.RPP
RPP merupakan rencana
yang menggambarkan prosedur dan managemen pembelajaran untuk mencapai satu atau
lebih kompotensi dasar yang telah ditetapkan dalam silabus. RPP di susun secara
sistematis yang berisikan standar kompotensi, kompotensi dasar, indikator,
materi ajar, tujuan pembelajaran, metode pembelajaran, sarana pembelajaran, dan
kegiatan pembelajaran yang berpedoman pada langkah-langkah model pembelajaran
konstruktivisme.
3.
LKS
LKS adalah langkah
kerja dalam mengkontruksikan konsep dan prosedur yang dibuat sedemikian rupa.
Sehingga siswa mampu menyelesaikan suatu masalah baik secara individual maupun
kelompok. Pada LKS dalam penelitian ini dibuat sesuiai model pembelajaran
konstruktivisme.
4.
Lembar observasi guru dan siswa
a) Untuk
mengetahui hasil belajar siswa maka diberikan LKS.
b) Untuk
mengetahui aktivitas siswa dan guru melalui model pembelajaran konstruktivisme
maka di gunakan lembaran observasi.
d. Teknik Pengumpulan
Data
Teknik
Pengumpulan Data
Teknik
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a) Nilai
siswa
Nilai siswa didapatkan
dari tes hasil belajar berupa tes ulangan harian
b) Observasi
-
Lembar aktivitas guru
dalam kegiatan belajr mengajar
-
Lembar aktivitas siswa
yang disesuaikan dengan model pembelajaran
konstruktivisme
Observasi dilakukan nutuk mengamati
aktivitas guru dan siswa selama pembelajra berlangsung, dengan cara mengisi
kolom, lembar pengamatan yang telah disediakan yang digunakan untuk pengumpula
data tentang aktivitas guru dan aktivitas siswa belajar kelas V SDN 005 Kecamatan Teluk
Belengkong
c) Lembar
kerja siswa (LKS)
Lembar kerja siswa
(LKS) ilakukan pada saat proses pembelajaran
berlangsung. Lembar kerja siswa dibuat untuk mengetahui proses belajar siswa
pada saat diskusi kelompok
e.
Teknik Analisis Data
Analisis Data aktivitas Guru dan siswa
Analisis data
tentang aktivitas siswa dan guru didasarkan dari hasil lembar pengamatan selama
proses pembelajaran.sesuai antara perencanaan dan pelaksanaan dan tindakan.
Data tentang
hasil belajar IPA siswa dianalisis secara deskriptif.. Aktivitas guru dan siswa
selama kegiatan belajar mengajar di
bukukan pada observasi dengan rumus:
NR
× 100%
Keterangan:
NR = Persentase rata-rata aktivitas (guru/siswa)
JS = Jumlah skor
aktivitas yang dilakukan
SM = Skor maksimal yang di dapat dari aktivitas guru dan siswa
Tabel 1. Aktivitas Guru
|
% interval
|
katagori
|
|
81-100
|
Sangat baik
|
|
61-80
|
Baik
|
|
51-60
|
cukup
|
|
Kurang dari 50
|
kurang
|
2. Ketuntasan Belajar Siswa
Pengukuran dalam
penguasaan materi pelajaran mengacu pada ketuntasa mata belajar. Ketuntasan
belajar terbagi dua yaitu:
a. Sendiri
individu dengan rumus:
Tabel 2. Aktivitas Saiwa
|
%
Interval
|
Katagori
|
|
80-100
|
Sangat
Baik
|
|
70-79
|
Baik
|
|
60-69
|
Cukup
|
|
0-49
|
Kurang
|
Ketuntasan
secara individuldengan rumus :
PK =
× 100 %
Keterangan:
K
= Persentase ketuntasan individu
SP
= Skor yang diperoleh siswa
SM
= Skor maksimum
b. Ketuntasan
Secara Klasikal
Adapun rumus yang dipergunakan untuk menentukan
ketuntasan klasikal adalah sebagai berikut:
PK =
× 100%
Keterangan:
PK
= Ketuntasan klasikal
N
= Jumlah siswa yang tuntas
ST
= Jumlah siswa seluruhnya
DAFTAR
PUSTAKA
Arikunto,
Dkk. 2008. Penelitian Tindakan Kelas.
Jakarta:Bumi Aksara
Bundu patta. 2006. Penilaian keterampilan proses dan Sikap ilmiah. Jakarta : Departemen pendidikan Nasional Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi
Dimyati dan Mujiono. 2006. Belajar Dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta
Gimin Dkk.2009.Model
Model Pembelajaran.Pekanbaru:Departemen Pendidikan Nasional Panitia Sertifikasi
Guru Rayon 05 FKIP UNRI
Linawira.2011.Skripsi
Penerapan Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah Untuk Meningkatkan Hasil
Belajar Matematika Siswa Kelas V SDN 012 Bukit Raya.Pekanbaru:FKIP PGSD
Majid Abdul.2008.Perencanaan
Pembelajaran.Bandung:Remaja Rosdakarya
Ngalim Purwanto. 2004.Psikologi Pendidikan.Bandung:Rosda Karya
Purwanto. 2004. Evaluasi
Hasil belajar. jakarta: Pustaka Belajar
Rositawati.S.2008. Senang Belajar IPA. Jakarta:Pusat perbukuan Departemen Pendidikan
Nasional
Samatowa Usna.2006.Bagaimana Membelajarkan IPA Sekolah Dasar.Jakarta:Prestasi Pustaka
PY CBLISHER
Syahrillfudin Dkk.2011. Bahan Ajar Penelitian Tindakan Kelas. Pekanbaru: PGSD
Trianto.2007.Model-Model
pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivis.Jakarta :Departemen
Pendidikan Nasional Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Direktorat Ketenagaan
Yulaelawati. 2004. Kurikulum Dan Pembelajaran.
Bandung: Pakar Raya
Wiriaatmadja Rochiati. 2005. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung : Rosda



Tidak ada komentar:
Posting Komentar